Abortus habitualis adalah terjadinya abortus pada 3 atau lebih
kehamilan. Banyak hal yang mendasari terjadinya abortus habitualis, mulai dari
kelainan genetik, anatomis, infeksi, dan penyakit autoimun. Antifosfolipid
sidrom merupakan salah satu penyebab abortus habitualis yang terjadi pada 2-4%
kasus. Penangan yang tepat diharapkan akan memberikan hasil kehamilan yang
baik.
Sindoma
antifosfolipid (APS) dikenal juga sebagai sindrom Hughes, adalah suatu kelainan
yang ditandai dengan antibodi multipel yang berhubungan dengan trombosis
pembuluh darah arteri dan vena. Antibodi tersebut dihasilkan dari beberapa
fosfolipid yang memiliki peranan dalam kaskade koagulasi. Mekanisme pasti
mengenai cara kerja antibodi antifosfolipid dan anticardiolipin bisa memicu
keadaan trombofilik masih belum jelas.
Berdasarkan kriteria Sapporo, APS ditegakkan dari adanya 1
kriteria klinis dan 1 kriteria laboratorium.
Kriteria klinis meliputi trombosis
arteri, vena atau pembulh darah kecil, morbiditas kehamilan berupa abortus
habitualis sebelum usia kehamilan 10 minggu atau satu atau lebih kematian fetus
yang tidak dapat dijelaskan, atau persalinan preterm karena insufisiensi plasenta,
eklamsia atau preeklamsia. Criteria laboratorium adalah titer anticardiolipin
IgG atau IgM positif atau adanya lupus anticoagulant pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak lebih dari 6 minggu.
RCOG (2004):
Criteria of APS: 1 clinical criteria & 1 laboratory criteria
Criteria of APS: 1 clinical criteria & 1 laboratory criteria
- Clinical criteria
1. Thrombosis:
venous, arterial, small vesel
2. Pregnancy
morbidity:
A. 3
or more consecutive miscarriage (<10 weeks)
B. 1
or more fetal death (>10 weeks)
C. 1
or more preterm birth (<34 weeks) due to severe preeclampsia or placental insuficiency
- Laboratory criteria
- Anticardiolipin antibody
IgG
or IgM medium/high titer 2 or more occasions > 6 weeks apart
- Lupus anticoagulant
2
or more occasions > 6 weeks apart
Tetapi sebaiknya pemeriksaan ACA sebaiknya diulang setelah 6 minggu untuk
memastikan hasilnya.
Terapi
APS terutama adalah pemberian antitrombolitik. Recomendasi level IA dari RCOG menyebutkan bahwa wanita
abortus habitualis yang diterapi dengan aspirin dosis rendah akan menghasilkan angka
kelahiran hidup 40% dan akan meningkat menjadi 70% bila dikombinasi dengan
heparin dosis rendah
Manajemen APS
¨ Manajemen
APS:
¡ Kombinasi aspirin dan low molecular heparin
efektifitasnya lebih baik dibanding pemberian aspirin saja (Level IA)
¡ Pemberian imunoterapi dan imunoglobulin belum
menunjukkan hasil yang bermakna (Level
IA)
¡ Terapi
diberikan pada saat terdiagnosis hamil sampai 34 minggu à 6-8 minggu postpartum
ú low
dose aspirin (80 mg/hari) dan unfractionated heparin 15.000-20.000
UI/hari sc
¡ Evaluasi efek samping antiplatelet dan antikoagulan
¡ Risiko IUFD, IUGR, fetal distres, solutio placenta,
PE -à Evaluasi fetal well being à USG tiap 3-6 minggu
Prognosis
¨ Ibu:
baik . terapi aspirin dan antikoagulan dilanjutkan sampai 6-8 postpartum .
Diberikan Antibiotik profilaksis à endometritis
¨ Kehamilan
berikutnya: perlu pemeriksaan ulang TORCH, ACA, Lupus antikoagulan
Daftar Pustaka
1.
The investigation and
treatment of couple with recurrent miscarrieage, Royal Colleges of Obstetrician and Gyecologist, May 2003.
2.
Lim W, Cowther
M,Eikelboom JW, Management of Antiphospholipid Antibody Syndrome: A Systematic
Review, JAMA, 2006;295(9):1050-1057.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar