Minggu, Agustus 15, 2010

Belum punya anak? jangan putus asa


Tidak punya anak setelah sekian lama menikah, membuat hidup terasa tidak berguna, malas bersosialisasi karena pertanyaan2 sama akan terus mengikuti dan membayangi. Membuka facebook membuat hati semakin tersayat2 melihat begitu lucu2nya foto anak2 dari sahabat2 dan teman2, belum lagi bayi2 mungil yang menggemaskan. Duuuhhh….Belum lagi keluarga, mertua, membuat hidup tambah tidak nyaman. Tahukah anda bahwa stress dan kecemasan itu juga menambah meningkatnya angka infertilitas?

Infertilitas adalah ketidakmampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan bayi hidup dari suami yang mampu menghamilkannya selama 12 bulan berturut2 dengan frekuensi coitus teratur seminggu 2-3 x.

Terdapat kenyataan bahwa kira-kira 10% dari pasangan suami istri tidak dikaruniai keturunan (infertil), sedangkan cara adopsi yang digunakan untuk mengatasi persoalan tersebut makin diperkecil kemungkinannya. Penyebab infertilitas ini, kira-kira 40% karena kelainan pada pria, 15% karena kelainan pada leher rahim, 10% karena kelainan pada rahim, 30% karena kelainan pada saluran telur dan kelainan peritoneal, 20% karena kelainan pada ovarium dan 5% karena hal lain, dan kejadian totalnya melebihi 100%, karena pada kira-kira 35% pasangan suami istri terdapat kelainan yang multipel.1

Apa saja yang mempengaruhi terjadinya infertilitas ini ? yuk kita simak sama2,

Usia

Dengan semakin meningkatnya usia, dapat terjadi kesulitan mendapatkan anak disebabkan berkurangnya kualitas sel telur wanita tsb.

Riwayat penyakit, maupun operasi terdahulu dapat memberikan informasi tentang penyebab infertilitas. Apendisitis, peritonitis, salpingitis, dapat menyebabkan kelainan pada tuba. Hipotiroid, hipertiroid, penyakit pada hipofisis, DM dan suprarenal dapat menyebabkan infertilitas juga.

Berat badan dan perubahan pada berat badan (terlalu gemuk, terlalu kurus) mempengaruhi pengobatan infertilitas. Lemak subkutan mengandung enzim aromatase yang akan mengubah androgen menjadi estrogen. Estrogen tinggi akan menekan pengeluaran FSH dan LH, selanjutnya LH yang tinggi menekan aktivitas enzim aromatase sehingga androgen tidak dapat diubah menjadi estrogen. Pada wanita yang gemuk sering dijumpai insulin resisten. Insulin memicu sintesis DHEA di suprarenal, sehingga terjadi hiperandrogenemia.

Kadar androgen di dalam cairan folikel dan didalam serum tinggi akibatnya akan terjadi atresia folikel. Sel-sel lemak juga akan menghasilkan leptin, yang akan menekan produksi neuropeptida Y di hipotalamus. Neuropeptida ini berfungsi untuk mengurangi rasa lapar, sehingga penekanan pada neuropeptida ini akan menyebabkan selalu merasa lapar. Leptin sendiri juga memicu pengeluaran FSH dan LH. Kadar LH yang tinggi mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar androgen. Kekurusan akibat malnutrisi kronik menyebabkan tidak terbentuknya lemak dan leptin, sehingga tidak terjadi stimulasi pengeluaran FSH dan LH. Akibatnya terjadi anovulasi sampai amenore.

Pola hidup : Alkohol akan menghambat kerja enzim sulfatase dan enzim aromatase, sehingga terjadi gangguan pada sistem hormon. Nikotin mengurangi aliran darah alat genitalia dan mempercepat penghancuran hormon.

Stres memicu pengeluaran corticotrophin releasing factor (CRF) yang akan menekan pengeluaran LH dan Growth Hormone, dan memicu pengeluaran proopiomelanocortin (POMC) di sel-sel kortikotrop hipofisis bagian depan.



Gangguan hubungan seksual : penetrasi tidak sempurna ke vagina, sangat jarang melakukan hubungan seksual, atau vaginismus. Kebiasaan mencuci organ intimnya dengan cairan-cairan antiseptic, yang akan menyebabkan perubahan pada lendir serviks yang menjadi tidak ramah bagi sperma.

Pemeriksaan yang Perlu dilakukan

Pemeriksaan dilakukan pertama kali justru pada pria. Karena lebih murah dan mudah dikerjakan dan mengingat 40% faktor infertilitas disebabkan oleh ketidaksuburan pria (gangguan sperma, gangguan anatomi kelamin pria, gangguan ereksi, ejakulasi dini).

Analisis Sperma

Selain kuantitas juga dilihat kualitas dari motilitas maupun morfologi spermatozoa. Bila ditemukan fruktosa didalam semen, maka harus dilakukan tindakan biopsi testis, untuk melihat adanya kelainan yang bersifat kongenital.

Jika kemudian tidak ditemukan kelainan pada pasangan pria, maka selanujtnya dilakukan pemeriksaan pada wanita.

Analisa hormonal

Bila dari anamnesis didapatkan riwayat atau sedang mengalami gangguan haid, atau dari pemeriksaan suhu basal badan ditemukan anovulasi. Prolaktin merupakan hormon yang harus diperiksa. Hiperprolaktinemi menyebabkan gangguan sekresi GnRH yang mengakibatkan anovulasi. Kadar prolaktin diperiksa antara jam 7 – 10 pagi. Penggunaan obat-obat psikofarmaka dapat meningkatkan kadar prolaktin. Peningkatan kadar prolaktin 30-50 ng/ml perlu dipikirkan adanya penggunaan tranquilizer dan hipotiroid.

Uji Pascasenggama (UPS)

Dilakukan 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi, dimana ‘spinnbarkeit’ dari getah serviks mencapai 5 cm atau lebih. Pengambilan getah serviks dari kanal endoserviks dilakukan setelah 2-12 jam sanggama. Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop. UPS (+) jika ditemukan paling sedikit 5 sperma per lapang pandangan besar (LPB=400 x). Hasil UPS yang normal dapat menyingkirkan sebab infertilitas dari suami.

Penilaian ovulasi

Mengukur suhu basal badan : dikerjakan tiap pagi sebelum bangkit dari tempat tidur, ataupun makan minum. Termometer (khusus) ditempatkan dibawah lidah selama 4 menit. Dikerjakan tiap hari sebelum matahari terbit, dan pada keadaan badan tidak demam. Jika wanita berovulasi maka grafik akan memperlihatkan gambaran bifasik. Pada siklus haid yang tidak berovulasi maka gambaran grafiknya monofasik. Namun gambaran monofasik belum tentu tidak terjadi ovulasi. Kesalahan berkisar 20%.

Cara lain dengan menggunakan USG transvaginal dan pemeriksaan hormon progesteron darah. Dari USG akan dilihat pertumbuhan folikel, bila diameternya mencapai 18-25 mm, berarti folikel telah matang dan tidak lama lagi akan terjadi ovulasi.

Penilaian ovulasi secara endokrinologi dilakukan dengan pemeriksaan LH dan 17β-estradiol darah. Darah harus diambil tiap hari yang dimulai pada hari ke-10 sampai terjadi ovulasi. Pada preovulatorik terjadi peningkatan 17β-estradiol yang kadarnya mencapai puncak dalam 24 jam, yaitu antara 150-300 pg/ml. Kadar estrogen ini menyebabkan pengeluaran LH dari hipofisis (puncak LH). Estradiol dan LH merupakan hormon yang sangat penting untuk dapat terjadinya ovulasi. Namun LH yang terlalu tinggi dapat menyebabkan estrogen terlalu banyak diubah menjadi androgen, sehingga ovulasi tidak terjadi. LH yang terlalu tinggi juga menyebabkan luteinisasi lebih cepat. Korpus luteum menjadi terlalu cepat memproduksi progesteron dan perubahan pada endometrium menjadi terlalu cepat, sehingga nidasi akan terganggu.

Gangguan ovulasi idiopatik dapat diberikan estrogen (feedback positif) atau klomifen sitrat (feedback negative), yang akan merangsang gonadotropin dalam jumlah besar. Gonadotropin memicu pertumbuhan folikel yang diikut dengan meningkatnya kadar estradiol darah dan tercapainya puncak LH. Bila tidak berhasil juga maka untuk pematangan folikel diberikan gonadotropin dari luar.

Pemeriksaan bakteriologi

Infeksi akan menyebabkan pergerakan tuba fallopii terganggu. Dalam proses penyembuhan terjadi perlekatan tuba dengan jaringan disekitarnya, sehingga terjadi kesulitan tuba untuk menangkap telur. Chlamydia trachomatis dan gonokok sering menyebabkan sumbatan tuba. Laparaskopi sebagai baku emas untuk melakukan biakan kuman yang diambil dari cairan peritoneum. TORSCH masih kontroversi. Namun jika ada riwayat abortus berulang atau kelainan bawaan pada kehamilan sebelumnya, dapat diperiksa.

Analisis Fase Luteal

Insufisiensi korpus luteum menyebabkan transformasi endometrium tidak adekuat, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan progesteron pada pertengahan fase luteal, kadar normalnya 10 ng/ml. Pengobatan insufisiensi korpus luteum dengan memberikan progesteron alamiah, lebih baik intravagina.

Diagnosis Tuba Fallopii

Untuk mengetahui kelainan pada tuba dengan berbagai cara berikut :

1. Uji insuflasi : Dilakukan pada paruh pertama siklus haid, dengan meniupkan CO2 melalui kanal serviks dan dibuat rekaman kimograf terhadap tekanan uterus. Sudah mulai tidak dikerjakan lagi.

2. Histerosalpingografi (HSG) : Dilakukan pada paruh pertama siklus haid. Tidak senggama paling sedikit 2 hari sebelum dilakukan HSG. Dilakukan dengan cara menyuntikan larutan radioopak melalui kanalis serviks ke uterus dan tuba fallopii. HSG tidak boleh dilakukan pada pasien dengan salpingitis.

3. USG : Melihat tuba fallopii dengan USG sama prinsipnya dengan HSG

4. Hidrotubasi : Digunakan cairan yang mengandung antibiotikan kanamisin 1 gram, deksametason 5 mg, dan spasmodik cair yang biasanya mengandung hiosin dan metamizol.

5. Laparaskopi : Cara terbaik untuk menilai fungsi tuba fallopii, karena kedua tuba dilihat secara langsung dan patensinya dapat diuji dengan menyuntikkan larutan biru metilen atau indigokarmin. Juga dapat dilihat kelainan lain seperi endometriosis, perlekatan pelvis dan patologi ovarium. Laparaskopi dapat dikerjakan bersamaan dengan histeroskopi. Oleh karena invasif, perlu dipikirkan apakan tindakan ini sudah harus dilakukan pada awal atau pada tahap akhir pemeriksaan infertilitas.


Terapi Infertilitas

Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi dan biomedis telah membuka jalan untuk potensi keuntungan yang sangat besar bagi pengobatan dan bagi manusia pada umumnya. Seiring dengan perkembangan ini, telah muncul juga banyak isu etik dan legal yang pada awalnya tidak terpikirkan. Salah satu perkembangan teknologi yang cukup banyak mengundang isu etik dan legal di dalamnya adalah teknologi dalam bidang reproduksi.



Dengan makin berkembang dan majunya ilmu dan teknologi kedokteran. Sebagian penyebab infertilitas dapat diatasi dengan pengobatan maupun operasi, sedang infertilitas yang disebabkan kegagalan inseminasi, pembuahan, fertilisasi, kehamilan, persalinan dan kelahiran hidup normal, ternyata dapat diatasi dengan cara buatan (artifisial). Cara-cara tersebut antara lain: inseminasi buatan (artificial insemination/AI), pembuahan dalam (artificial conception/AC), penyuburan/pembuahan dalam tabung (in vitro fertilization/IVF), pemindahan janin/penanaman janin (embryo transfer/ET)

Oleh karena hampir belum ada peraturan yang universal, beberapa masalah hukum dapat muncul dari teknologi reproduksi yang telah disebutkan diatas, diantaranya menyangkut pelaksananya (dokter, peneliti, ilmuwan), suami, istri, donor sperma, donor ovum, ibu pengganti (surrogate mother), dan bayi yang dilahirkan/diciptakan dengan proses tersebut. Secara legal, harus pula dijabarkan beberapa definisi yang jelas, misalnya: ayah legal (sah secara hokum), ayah biologis (ayah genetis), ayah tiri, ibu legal (sah menurut hukum), ibu biologis I (yang mengandung janin pada permulaan), ibu biologis II (yang mengandung selanjutnya dan melahirkan), ibu tiri, ibusurrogate, anak kandung, anak tiri, anak biologis I, anak biologis II, anak angkat, anak kloning atau genetic engineering.



Inseminasi Normal

Hampir tiap sel dalam badan kita mengandung 46 kromosom, tapi sel telur wanita (oosit) hanya mengandung 23 kromosom (22 kromosom somatik dan satu kromosom sex yang dinamakan kromosom X). Sel sperma terdiri dari dua macam sel, separo mengandung 22 kromosom somatik plus satu kromosom X, dan separo lainnya mengandung 22 kromosom somatik plus satu kromosom seks pendek (kromosomY).

Sel sperma dengan kromosom X akan membuahi sel telur wanita yang juga mengandung kromosom X, akan menjadi zigot yang mengandung 44 kromosom plus XX menjadi bayi perempuan. Sebaliknya sel sperma dengan kromosom Y yang membuahi oosit, akan menjadi zigot dengan kromosom plus XY dan menjadi bayi laki- laki.Pada tiap inseminasi normal untuk reproduksi, maka mani (semen) yang mengandung sel sperma dimasukkan kedalam liang kelamin wanita dengan caras exual intercourse (coitus atau persetubuhan). Untuk itu diperlukan alat kelamin laki-laki (penis) yang dapat ereksi normal, semen normal dan alat kelamin wanita yang normal pula. Inseminasi demikian bermaksud untuk menghasilkan pembuahan dan keturunan.

Inseminasi Buatan (Artificial Insemination)

Pada inseminasi buatan, sperma dimasukkan dalam rahim (uterus) dengan cara mekanis buatan (injeksi). Proses pembuahan, penyuburan, kehamilan, persalinan, dan kelahiran selanjutnya berjalan seperti pada inseminasi normal. Inseminasi buatan dapat dilakukan dengan sperma dari suami (Artificial Insemination Husband/AIH atau inseminasi buatan homolog) atau dengan sperma laki-laki lain/donor (Artificial Insemination Donor/AID atau inseminasi buatan heterolog), atau dapat juga digunakan campuran sperma suami dan donor (Combined Artificial Insemination/CAI).

Inseminasi buatan pada manusia sebagai suatu teknologi reproduksi, pertama kali berhasil dipraktekkan pada tahun 1970. Awal berkembangnya inseminasi buatan bermula dari ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada temperatur -321 derajat Fahrenheit.

Persiapan Inseminasi Buatan

Sampel sperma diambil dari pasangan laki-laki dari wanita yang akan menjalani inseminasi buatan, namun sperma dapat juga berasal dari donasi sperma seperti pada kasus jika pasangan wanita tersebut memproduksi terlalu sedikit sperma yang lincah, atau ia memiliki kelainan genetik, atau jika si wanita tidak memiliki pasangan laki-laki. Sperma biasanya didapatkan melalui masturbasi, atau dengan kondom khusus yang digunakan untuk mengumpulkan air mani selama berhubungan intim. Laki-laki yang menyediakan sperma biasanya dianjurkan untuk tidak ejakulasi selama dua hingga tiga hari sebelum waktu pengambilan sampel untuk meningkatkan jumlah sperma.

Siklus menstruasi wanita diobservasi secara ketat dengan mencatat temperatur basal tubuh dan perubahan mukus vagina, atau dengan menggunakan peralatan ovulasi, ultrasonografi (USG), atau tes darah.

Pada proses inseminasi intra-uterine, sperma harus sesegera mungkin ”dicuci” di laboratorium dan ditambahkan senyawa kimia pada sampel. Proses pencucian ini dapat meningkatkan kemungkinan pembuahan dan menyingkirkan senyawa kimia lain pada air mani yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada wanita.

Sperma yang didapat dari donor sperma melalui bank sperma, akan dibekukan dan dikarantina dalam suatu periode tertentu dan pendonor akan dites sebelum dan setelah memproduksi sampel untuk memastikan ia tidak memiliki penyakit menular. Mendonasikan sperma didapatkan melalui masturbasi oleh pendonor sperma di bank sperma. Suatu bahan kimia yang dikenal sebagai kryopresipitat ditambahkan ke dalam sperma untuk membantu proses pembekuan dan pengenceran. Selanjutnya, bahan kimia lain dapat ditambahkan untuk memisahkan sperma yang paling aktif dalam sampel sehingga tercipta beberapa botol kecil sperma untuk pembuahan.

Injeksi Sperma Intrasitoplasmik
Sejalan dengan kemajuan teknologi, pada saat ini spermatozoa dapat digunakan untuk IVF tanpa memperhatikan motilitasnya. Dengan bantuan teknologi mikro-fertilisasi Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI), spermatozoa beku yang motil ataupun tidak motil dapat digunakan untuk menfertilisasi sel telur menghasilkan embrio.


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...