Laman

Senin, Oktober 31, 2011

Abortus Berulang

           Abortus habitualis adalah terjadinya abortus pada 3 atau lebih kehamilan. Banyak hal yang mendasari terjadinya abortus habitualis, mulai dari kelainan genetik, anatomis, infeksi, dan penyakit autoimun. Antifosfolipid sidrom merupakan salah satu penyebab abortus habitualis yang terjadi pada 2-4% kasus. Penangan yang tepat diharapkan akan memberikan hasil kehamilan yang baik.


            Sindoma antifosfolipid (APS) dikenal juga sebagai sindrom Hughes, adalah suatu kelainan yang ditandai dengan antibodi multipel yang berhubungan dengan trombosis pembuluh darah arteri dan vena. Antibodi tersebut dihasilkan dari beberapa fosfolipid yang memiliki peranan dalam kaskade koagulasi. Mekanisme pasti mengenai cara kerja antibodi antifosfolipid dan anticardiolipin bisa memicu keadaan trombofilik masih belum jelas.




Berdasarkan kriteria Sapporo, APS ditegakkan dari adanya 1 kriteria klinis dan 1 kriteria laboratorium.
Kriteria klinis meliputi trombosis arteri, vena atau pembulh darah kecil, morbiditas kehamilan berupa abortus habitualis sebelum usia kehamilan 10 minggu atau satu atau lebih kematian fetus yang tidak dapat dijelaskan, atau persalinan preterm karena insufisiensi plasenta, eklamsia atau preeklamsia. Criteria laboratorium adalah titer anticardiolipin IgG atau IgM positif atau adanya lupus anticoagulant pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak lebih dari 6 minggu.
RCOG (2004):
Criteria of APS: 1 clinical criteria & 1 laboratory criteria
  1. Clinical criteria
1.      Thrombosis: venous, arterial, small vesel
2.      Pregnancy morbidity:
A.    3 or more consecutive miscarriage (<10 weeks)
B.     1 or more fetal death (>10 weeks)
C.     1 or more preterm birth (<34 weeks) due to severe preeclampsia or placental insuficiency
  1. Laboratory criteria
    1. Anticardiolipin antibody
IgG or IgM medium/high titer 2 or more occasions  > 6 weeks apart
    1. Lupus anticoagulant
2 or more occasions  > 6 weeks apart
Tetapi sebaiknya pemeriksaan ACA sebaiknya diulang setelah 6 minggu untuk memastikan hasilnya.
            Terapi APS terutama adalah pemberian antitrombolitik. Recomendasi  level IA dari RCOG menyebutkan bahwa wanita abortus habitualis yang diterapi dengan aspirin dosis rendah akan menghasilkan angka kelahiran hidup 40% dan akan meningkat menjadi 70% bila dikombinasi dengan heparin dosis rendah





Manajemen APS
¨  Manajemen APS:
¡  Kombinasi aspirin dan low molecular heparin efektifitasnya lebih baik dibanding pemberian aspirin saja (Level IA)
¡  Pemberian imunoterapi dan imunoglobulin belum menunjukkan hasil yang bermakna (Level IA)
¡  Terapi diberikan pada saat terdiagnosis hamil sampai 34 minggu à 6-8 minggu postpartum
ú  low dose aspirin (80 mg/hari) dan unfractionated  heparin 15.000-20.000 UI/hari sc
¡  Evaluasi efek samping antiplatelet dan antikoagulan
¡  Risiko IUFD, IUGR, fetal distres, solutio placenta, PE -à Evaluasi fetal well being à USG tiap 3-6 minggu
Prognosis
¨  Ibu: baik . terapi aspirin dan antikoagulan dilanjutkan sampai 6-8 postpartum . Diberikan Antibiotik profilaksis à endometritis
¨  Kehamilan berikutnya: perlu pemeriksaan ulang TORCH, ACA, Lupus antikoagulan


Daftar Pustaka
1.      The investigation and treatment of couple with recurrent miscarrieage, Royal Colleges of  Obstetrician and Gyecologist, May 2003.
2.      Lim W, Cowther M,Eikelboom JW, Management of Antiphospholipid Antibody Syndrome: A Systematic Review, JAMA, 2006;295(9):1050-1057.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar