Hipertensi merupakan problema yang paling sering terjadi pada kehamilan. Bahkan, kelainan hipertensi pada kehamilan beresiko terhadap kematian janin dan ibu. Karena itu, deteksi dini terhadap hipertensi pada ibu hamil diperlukan agar tidak menimbulkan kelainan serius dan menganggu kehidupan serta kesehatan janin di dalam rahim. Dokter obstetri dan ginekologi RS Dr Sardjito Yogyakarta Prof. d.r H. Mochammad Anwar, Mmed.Sc. SpOG(K.Fer) menjelaskan, berdasarkan rekomendasi The national High Blood pressure education Program Working Group of high Blood pressure In prequency, kelainan hipertensi dalam kehamilan dibagi dalam empat kategori yakni;
- Hipertensi kronik
- Pre-eklamsia dan klamsia
- Pre eklamsia super imposed hipertensi kronik
- Gestational hypertension.
Kelainan hipertensi kronik bila tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mmHg yang terjadi sebelum kehamilan atau sebelum kehamilan 20 minggu. Sebaliknya, bila kenaikan tekanan darah tiba-tiba terjadi setelah kehamilan 20 minggu disebut pre-eklamsia. ”Pre-eklamsia terjadi kira-kira 5% dari seluruh kehamilan, 10 % pada kehamilan pertama kali dan 20%-25% pada wanita dengan riwayat hipertensi kronik,” papar dr Mochamad Anwar. Dijelaskan,dalam riwayatnya pre eklamsia disebut toxemia gravidarum karena diduga adanya toxin di dalam tubuh wanita hamil. Dengan kondisi,tersebut wanita mengalami kejang-kejang atau bengkak (oedema) dan dapat terjadi kematian pada permulaan kehamilan tri semester tiga atau sebelum terjadinya persalinan. Sehubungan dengan timbulnya hipertensi yang unik dan sulit diterangkan sebab-sebabnya dalam kehamilan, maka toxemia gravidarum sering disebut pregnancy induced hypertension (PIH). Namun demikian istilah PIH masih mengandung aspek kenaikan tekanan darah, sehingga terminologi diubah menjadi hipertensi gestasional (gestasional hipertension). Menurut dr Mochamad Anwar, hipertensi yang tidak diobati dapat memberikan efek buruk pada ibu maupun janin. Efek kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah wanita hamil akan merusak sistem vascularisi darah, sehingga mengganggu pertukaran oksigen dan nutrisi melalui plasenta dari ibu ke janin. Hal ini bisa menyebabkan prematuritas plasental dengan akibat pertumbuhan janin yang lambat dalam rahim. Ironisnya pula hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dapat mengganggu pertukaran nutrisi pada janin dan dapat membahayakan ginjal janin. Selain itu, hipertensi bisa menurunkan produksi jumlah air seni janin sebelum lahir. Padahal, air seni janin merupakan cairan penting untuk pembentukan amnion, sehingga dapat terjadi oligohydramnion (sedikitnya jumlah air ketuban). Dikatakan oleh dr Mochamad Anwar, pada kehamilan gestational hypertension agak berbeda dengan hipertensi kronik. Meskipun sebab utama hipertensi dalam kehamilan belum jelas, tampaknya terjadi reaksi penolakan imunologik ibu terhadap kehamilan di mana janin dianggap sebagai hostile tissue graff reaction. “Reaksi penolakan imunologik dapat menimbulkan gangguan yang lebih banyak pada tubuh wanita hamil dibanding akibat tingginya tekanan darah, yaitu perubahan kimia total pada reaksi yang tidak dapat diadaptasi yang dapat menyebabkan kejang dan kematian pada wanita hamil,” kata pengajar fakultas kedokteran UGM itu. Karena itu, kata dr Mochamad Anwar mengingatkan, penatalaksanaan pre eklamsia dan hipertensi gestasional perlu dilakukan dengan tujuan untuk mencegah jangan sampai berlanjut menjadi eklamsia yang akan menimbulkan kelainan serius pada ibu dan mengganggu kehidupan serta kesehatan janin dalam rahim. “Bila didapatkan hipertensi dalam kehamilan sebaiknya segera dipondokkan saja dirumah sakit dan diberikan istirahat total. Istirahat total akan menyebabkan peningkatan aliran darah renal dan utero placental. Peningkatan aliran darah renal akan meningkatkan diuresis (keluarnya air seni), menurunkan berat badan dan mengurangi oedema.” tuturnya. Pada prinsipnya penatalaksanaan hipertensi ditujukan untuk mencegah terjadinya eklamsia, monitoring unit feto-placental, mengobati hipertensi dan melahirkan janin dengan baik. “Dan dalam persalinan sangat penting untuk mengontrol tekanan darah, monitoring keseimbangan cairan dan keluarnya air seni” pungkasnya.
Related Articles:
Saya cari tentang psikologi wanita.. tpi kok dag ada.
BalasHapustolong d post d bloggernya tentang psikologi wanita.. hehe
makasih sebelumnya Pak Dok.. ^_^