Kista coklat (endometrioma) merupakan keadaan dimana lapisan atau jaringan endometrium berada diluar uterus. sama halnya dengan lapisan endometrium uterus normal, jaringan endometrioma ini juga mengalami penebalan dan peluruhan saat menstruasi karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron. kondisi ini sering ditandai dengan adanya riwayat infertilitas, dismenorea, nyeri saat berhubungan dan gangguan haid.
Alat diagnosis sebagai standard baku adalah dengan menggunakan laparoskopi.
Etiologi dari endometriosis sendiri masih diperdebatkan sampai sekarang. Beberapa teori tentang terjadinya endometriosis adalah:
1. Teori menstruasi retrograde
2. Teori metaplasia
3. Teori induksi
4. Teori rest embrionik
5. Predisposisi Genetik
6. Penyebaran limfatik dan vaskuler
7. Disfungsi immunologi
8. Pengaruh lingkungan
Endometriosis merupakan penyebab infertilitas pada 30%-40% kasus infertilitas. Infertilitas karena endometriosis dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1. Perlengketan jaringan pelvis
2. Perubahan sistem imun
3. Defek di ovarium menghambat folikulogenesis dan ovulasi
4. Defek di tuba
5. Mempengaruhi fungsi dan kualitas oosit
6. Mempengaruhi fungsi sperma dan fertilisasi
7. Mempengaruhi perkembangan awal embrio
8. Mempengaruhi reseptabilitas endometrium dan implantasi
Diagnosis pasti endometriosis adalah dengan visualisasi langsung sarang-sarang endometriosis saat laparoskopi. Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan pada jaringan yang dicurigai endometriosis, dimana hasil yang positif menunjukkan bahwa memang jaringan tersebut adalah endometriosis namun bila hasilnya negative tidak menyingkirkan diagnosis endometriosis yang telah dibuat melalui laparoskopi. Pada kasus endometrioma yang lebih besar dari 3 cm dan melakukan infiltrasi dalam, pemeriksaan histopatologi sebaiknya dilakukan untuk diagnosis pasti dan menyingkirkan adanya kemungkinan keganasan walaupun kejadiannya sangat jarang.
Pemeriksaan serum CA-125 tidak memiliki fungsi diagnostik pada endometriosis bila dibandingkan dengan laparoskopi walaupun kadar serum CA-125 meningkat pada endometriosis. (RCOG 2006, rekomendasi A). Obat-obatan golongan NSAID dapat membantu mengatasi nyeri pada endometriosis, walaupun tidak terdapat bukti yang konklusif mengenai penggunaan obat-obatan tersebut (RCOG 2006, rekomendasi A). Penggunaan GnRH agonist dengan ‘add-back’(oestrogen dan progestogen), memberikan proteksi terhadap bone mineral density loss di tulang punggung selama terapi dan sampai 6 bulan paska terapi. (RCOG 2006, rekomendasi A).
Teknik ablasi pada jaringan endometriosis mengurangi nyeri akibat endometriosis bila dibandingkan hanya dilakukan laparoskopi diagnostik saja. (RCOG 2006, rekomendasi A)
Terapi hormonal sebelum dan sesudah operasi pada endometriosis banyak dilakukan karena secara empiris menunjukkan perbaikan, namun tidak terdapat bukti yang cukup sampai saat ini untuk merekomendasikan terapi tersebut. Pemberian terapi hormonal setelah oprasi tidak meningkatkan pregnancy rate. Namun, terapi dengan GnRH agonist selama 3-6 bulan sebelum IVF dilakukan pada wanita dengan endometriosis meningkatkan hasil kehamilan klinis. (RCOG 2006, rekomendasi A).
Supresi fungsi ovarium untuk meningkatkan fertilitas pada endometriosis minimal-ringan tidaklah efektif dan sebaiknya tidak dilakukan untuk tujuan fertilitas. Juga tidak terdapat bukti yang cukup bahwa terapi yang menekan fungsi ovarium efektif pada kasus yang lebih berat. (RCOG 2006, rekomendasi A)
Pada kasus endometrioma, tindakan kistektomi laparoskopik menunjukkan bukti yang lebih baik daripada hanyak melakukan drainase dan koagulasi saja. (RCOG 2006, rekomendasi A). Kistektomi laparoskopik direkomendasikan untuk endometrioma sebesar lebih dari 4 cm. (RCOG 2006, rekomendasi A).
Tindakan tubal flushing menunjukkan adanya bukti perbaikan pregnancy rates pada wanita infertile karena endometriosis. (RCOG 2006, rekomendsasi A).
Teknik reproduksi buatan dengan inseminasi buatan, menunjukkan adanya perbaikan fertilitas pada kasus dengan endometriosis minimal sampai ringan (RCOG 2006, rekomendasi A). In Vitro Fertilisasi adalah terapi yang memadai bila didapatkan keadaan tuba yang tidak baik, adanya faktor pria penyebab infertilitas dan bila terapi yang lainnya telah gagal. (RCOG 2006, rekomendasi B).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar