Kanker serviks merupakan keganasan terbanyak yang ditemukan di Negara berkembang. Pada institusi kita satu dari empat pasien dengan kanker (termasuk anak-anak dan laki-laki) adalah wanita dengan kanker serviks. Lebih jauh, risiko pada wanita di Afrika Selatan untuk timbulnya kanker ini adalah 1:26. Tingginya prevalensi disebabkan oleh buruknya skrining pada sebagian wanita dengan pendapatan rendah.1
Sebagaimana kanker pada umumnya maka kanker serviks akan menimbulkan masalah-masalah berupa kesakitan (morbiditas), penderitaan kematian, financial/ekonomi maupun lingkungan bahkan pemerintah. Dengan demikian penanggulangan kanker umumnya dan kanker serviks pada khususnya harus dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi.2
Meskipun sangat besar penelitian skrining pada keganasan serviks di Negara berkembang, hanya sedikit kemajuan yang dibuat. Di Afrika, tidak ada Negara yang melakukan program skrining pada populasi yang besar. Chile adalah satu-satunya Negara di Amerika Selatan yang berhasil melakukan program skrining masal, dan hanya sedikit Negara di Asia yang mengalami kemajuan yang signifikan dalam skrining serviks. Di Negara maju seperti Amerika Serikat didapatkan sejumlah besar infiltrasi kanker serviks terdiagnosis tiap tahun.1
Secara umum disepakati sitologi smear dari serviks (Papanicolaou test) sangat tidak menguntungkan. Ia memiliki sensitivitas yang rendah ( kurang dari 50%); expertise dibutuhkan untuk mengambil dan evaluasi specimen; membutuhkan biaya mahal dan tidak didapatkan hasil pemeriksaan dengan cepat, sehingga wanita tersebut harus kembali lagi dilain waktu untuk mengambil hasil pemeriksaan. Di Negara berkembang banyak wanita tidak kembali lagi pada proses ini.
Di Negara berkembang, pemeriksaan skrining yang ideal seharusnya tidak boleh mahal, memiliki sensitivitas, spesifisitas dan positive predictive value yang tinggi; dan relative mudah dalam evaluasi dan diperoleh hasil pemeriksaan yang cepat. Selanjutnya dapat diterima oleh semua klien wanita dan tenaga kesehatan.
dari sebuah penelitian menyimpulkan bahwa Pemeriksaan sitologi, cervicography, direct acetic acid test dan magnified acetic acid test (speculoscopy) bukan merupakan pilihan skrining di negara berkembang karena rendahnya sensitifitas dari pemeriksaan sitologi dan rendahnya spesifisitas pada pemeriksaan yang lain. Dua atau lebih kombinasi pemeriksaan meningkatkan sensitifitas tetapi spesifisitas tetap rendah. Metode skrining di Negara berkembang masih menjadi masalah utama.
PUSTAKA 1. Cronje et al. A comparison of four screening methods for cervical neoplasia in a developing country. Am J Obstet Gynecol 2003; 188:395-400.
2. M, Farid azis, Masalah pada kanker serviks, Cermin Dunia Kedokteran 2001;5-7.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar