Kamis, Juni 14, 2012

Hindari Kanker leher rahim dengan Pemeriksaan Paps Smear

paps smear
Kanker serviks masih menjadi masalah besar khususnya di negara-negara sedang berkembang. Dari sekitar 466.000 kasus baru kanker serviks di seluruh dunia pada tahun 2002, 370.000 di antaranya (80%) terjadi di negara-negara sedang berkembang. Diperkirakan di seluruh dunia sejumlah 1,4 juta orang setiap tahunnya diketahui menderita kanker serviks dan juga sekitar 3 hingga 7 juta wanita di seluruh dunia menderita displasia derajat tinggi.

Di negara-negara sedang berkembang kanker serviks merupakan penyebab utama kematian wanita. Dari 500.0000 kasus kanker serviks baru seluruh dunia, 77 % terdapat di negara-negara sedang berkembang (Situmorang 2006). Di Indonesia 90 – 100 kasus baru kanker serviks  diantara 100.000 penduduk atau sekitar 18.000 kasus pertahun. Di negara barat usia penderita kanker serviks 50 - 60 tahun, sedangkan di negara berkembang antara usia 30 – 45 tahun. Hingga saat ini penyebab pasti kanker serviks masih belum diiketahui, diduga infeksi virus papilloma humanus (VPH). Wanita-wanita yang mempunyai risiko menderita  kanker serviks diantaranya melakukan hubungan seksual pada usia terlalu muda, merokok, kurang gizi dan lain-lain (Andrijono, 2003).
Saat ini, pencegahan kanker serviks ditempuh dengan cara melakukan skrining pada setiap wanita yang telah aktif seksual menggunakan apusan sitologi dan melakukan terapi pada lesi-lesi prakanker. Program skrining sitologi secara teratur yang dilakukan di negara maju secara nyata telah menurunkan insidensi dan mortalitas akibat kanker serviks (Slagel 1995). Dengan melakukan skrining dengan interval tiap tahun insidensi kanker serviks dapat diturunkan sebesar 93,5%, interval 3 tahun mencegah 90,8%, dan bila setiap 5 tahun hanya 83,6%. Di negara sedang berkembang hal ini belum dapat dirasakan karena tidak adanya atau belum efektifnya program skrining tersebut (Kampono, 2006)
Skrining Pap smear
Sejak tahun 1940 pemeriksaan Papanicolaou  mulai diperkenalkan untuk skrining kanker serviks. Sitologi ginekologi apusan pap ini merupakan ilmu yang mempelajari sel-sel yang lepas atau deskumasi dari  sistem alat kandungan wanita, meliputi sel-sel yang lepas dari vagina, leher rahim, endoserviks dan endometrium. Insidensi karsinoma serviks di negara sedang berkembang tampak semakin meningkat, keadaan ini tidak terlepas dari semakin sering dilakukan pemeriksaan penapisan dengan pap smea. Dengan melakukan pemeriksaan pap smear berarti telah melakukan usaha pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan hendaknya dilakukan minimal 1 tahun sekali, dan sebaiknya dilakukan oleh wanita yang telah menikah sampai umur kurang lebih 65 tahun. Seorang wanita yang telah hubungan seksual aktif atau lebih mencapai usia 18 tahun, harus melakukan pemeriksaan apusan pap dan pemeriksaan ginekologik. Bila dalam pemeriksaan apusan pap yang rutin dijumpai hasil normal tiga kali berturut-turut, pasien diperbolehkan melakukan pemeriksaan pap smear 3 tahun sekali tergantung kebijaksanaan dokter. Pap smear merupakan prasarana penapisan yang valid untuk penapisan NIS. Skrining kanker serviks dengan pemeriksaan papsmear jika dilakukan  tiap satu tahun memiliki sensitivitas 93,5%, 2 tahun 90,8%, 5 tahun 86,3%. Sedangkan jika papsmear dibandingkan dengan metode thin-prep (liquid-based cytology) memiliki sensitivitas yang hampir sama (67,3% vs 73,6%) dan spesifitas (76,9% vs 76,2%), namun bila dibandingkan dengan pap-net yang menggunakan komputer, sensitivitas pap-net lebih tinggi dibandingkan dengan papsmear (86% vs 79,6%)(Andrijono,2003, Kampono 2006)


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...