Jumat, Januari 06, 2012

Penanganan Aktif kala III

kala tiga
Penanganan aktif kala III (PAKT) bertujuan untuk mempercepat pelepasan plasenta dengan meningkatkan kontraksi uterus dan mencegah perdarahan pasca persalinan. Komponen-komponennya adalah:
a. Pemberian uterotonika Oxytocin
Uterotonika telah banyak memberikan manfaat dalam kejadian perdarahan post partum. Dengan adanya pemberian oksitosin angka kejadian perdarahan berkurang sampai dengan 40%. Berbagai macam penelitian dilakukan untuk mengetahui kapan pemberian oksitosin profilaksis pada saat persalinan, saat ini WHO merekomendasikan pemberian oksitosin adalah dalam tempo 1 menit setelah bayi lahir.
b. Penegangan tali pusat terkendali
Penegangan tali pusat terkendali adalah melakukan tarikan ke arah sejajar dengan sumbu rahim saat uterus berkontraksi, dan secara simultan melakukan tahanan pada daerah supra pubik. Tujuan melakukan ini adalah melepaskan plasenta dan melahirkan plasenta. Penegangan ini memberikan dampak lepas dan turunnya plasenta. Penegangan tali pusat ini harus dihentikan segera bila dalam 30-40 detik tidak terdapat penurunan plasenta, dan dapat diteruskan lagi pada kotraksi uterus selanjutnya. Potensi komplikasi yang terjadi adalah inversi uterus, dan retensi sebagian dari plasenta. Pada beberapa penelitian yang membandingkan manajemen aktif dan ekspektasi menyebutkan bahwa tidak terdapat kejadian inversi uterus. Namun kunci utama untuk melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan aman adalah prosedur pelaksanaan dan petugas kesehatan yang sudah terlatih dengan baik (Shane et al, 2001).
c. Pemijatan fundus uteri
Segera setelah kelahiran plasenta, dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri. Dari penelitian yang dilakukan di Assiut, Mesir yang melibatkan 200 orang wanita melahirkan, dengan memberikan pemijatan fundus uteri secara berkala selama 10 menit pada 60 menit pertama setelah melahirkan memberikan hasil perdarahan <500 ml dan mengurangi penggunaan uterotonika tambahan. Meski belum ada systematic review mengenai pemijatan fundus uteri, di Indonesia ini adalah standar dalam penanganan aktf kala III (Rogers et al, 2008).

Penanganan kala III yang disederhanakan
Penanganan ini dimaksudkan untuk penanganan kala III yang lebih “hands off”, dengan tujuan lebih meminimalkan tindakan yang memerlukan pelatihan dengan tetap mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan tanpa PTT saat ini dalam evaluasi untuk implementasi lebih luas, terutama pada daerah dengan tenaga kesehatan terlatih yang terbatas. Manajemen ini terdiri dari pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir, pelepasan plasenta dengan daya hejan ibu dibantu hanya dengan gaya gravitasi, dan masase fundus uteri. Pada penelitian yang serupa di Iran (Kashanian, 2010) memberikan hasil tidak ada perbedaan bermakna pada perdarahan kala III, sedangkan pada perdarahan kala IV kelompok tanpa penegangan tali pusat memberikan jumlah perdarahan yang secara signifikan lebih sedikit dibandingkan dengan penanganan kala III aktif. Penelitian lain oleh Fernando Althabe (2009, 6) menunjukkan hasil perbedaan perdarahan pada kelompok PTT sekitar 30 ml (kelompok kontrol: 282 ml dan grup tanpa PTT: 310,2 ml).
Metode penanganan kala III yang disederhanakan dipandang sebagai metode yang aman, karena tidak memberikan perbedaan jumlah perdarahan yang bermakna, meski terdapat perbedaan bermakna dalam hal lama kala III. Metode ini juga dapat bermanfaat untuk mencegah komplikasi retensi jaringan plasenta dan inversi uterus yang terjadi akibat tarikan yang berlebihan dalam menegangkan tali pusat.


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...