1. Dokter harus menilai setiap risiko perdarahan post partum dan membuat rencana tindakan yang sesuai. (III)
2. Profilaksi oksitosin rutin setelah lahirnya bahu menurunkan resiko perdarahan post partum. (I)
3. Penanganan kala tiga juga harus mencakup pengekleman tali pusat segera, traksi terkendali dengan palpasi uterus dan inspeksi plasenta dan jalan lahir (III)
4. Penanganan awal perdarahan postpartum meliputi pengenalan awal disertai penanganan cepat resusitasi dan pencarian penyebab perdarahan secara simultan. Tes laboratorium dasar harus dikerjakan. (III)
5. Langkah kedua pada penanganan perdarahan postpartum meliputi perhatian terhadap penyebab khusus, pijatan uterus, kompresi dan medikasi terhadap atonia, evakuasi jendalan darah atau hasil konsepsi, penjahitan laserasi jalan lahir dan perbaikan gangguan koagulasi (III).
6. Untuk sebagian kecil pasien yang tidak berespon terhadap langkah penanganan awal, tim multidisiplin harus diikutsertakan meliputi obstetrik kedua atau ahli bedah, ahli anestesi, staf kamar operasi, bank darah dan ICU. Jika tersedia radiologi invasif dapat dikerjakan embolisasi angiografi. Saat semua dipersiapkan, kehilangan darah harus diminimalisasi dengan kompresi, packing dan atau vasopresin. Terapi cairan dan darah harus diteruskan untuk menjaga hemodinamik dan status koagulasi (III).
7. Penanganan perdarahan postpartum intractable tergantung secara individual pada situasi klinis serta ketersediaan ahli dan teknologi. Pengawasan berkelanjutan dan penggantian cairan serta komponen darah dan penggunaan semua kemampuan yang ada adalah hal yang sangat penting (III)
8. Ligasi arteri uterina mungkin efektif dalam perdarahan postpartum (II-3)
9. Ligasi arteri iliaka interna telah dilaporkan dalam penanganan perdarahan postpartum, akan tetapi efektifitasnya belum dapat dibuktikan. Prosedur ini membutuhkan kemampuan bedah yang lebih tinggi dan keadaan akan lebih berbahaya jika vena iliaka mengalami cedera (II-3)
10. Histerektomi peripartum dapat sebagai cara penyelamatan nyawa pada perdarahan postpartum. Histerektomi harus dikerjakan secepat mungkin (II-3)
11. Perdarahan banyak post histerektomi dapat diatasi dengan packing abdominal untuk menunggu normalisasi hemodinamik pasien dan status koagulasi. Pembuluh darah tertentu yang mengalami kebocoran persisten dapat diatasi dengan tindakan embolisasi (II-3)
12. Pasien yang tidak dapat diberikan darah membutuhkan penilaian prepersalinan yang hati-hati dan dikirim ke pusat pelayanan yang lebih lengkap dalam penanganan perdarahan postpartum jika hal ini terjadi. Dimana keinginan seorang pasien untuk tidak diberikan transfusi darah, dokter harus mengerjakan semua pengobatan untuk perdarahan postpartum yang tersedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar