Laman

Selasa, November 29, 2011

Rekonstruksi Genital pada Female Pseudohermafrodit

pseudohermafrodit

Rekontruksi genital yang dilakukan untuk membentuk vagina telah dilakukan sejak beberapa ratus tahun yang lalu dan saat ini terdapat banyak teknik yang digunakan termasuk metode dilatasi tanpa pembedahan. Teknik laparoskopi yang baru mungkin akan menggantikan teknik lama, tetapi belum ada yang mengevaluasi secara keseluruhan mengenai luaran anatomi, seksual, psikologi dan risiko komplikasi. Khususnya vaginoplasti, indikasi dan teknik yang digunakan saat ini untuk pelebaran vagina termasuk dilatasi vagina pada female pseudohermafrodit

Tujuan pembedahan untuk pasien interseks adalah menciptakan penampakan organ genitalia eksterna ynag normal. Untuk wanita sangat penting untuk mempertahankan inervasi, memisahkan bagian dari sinus urogenital, membuat vagina yang dapat dilalui menstruasi yang normal dan hubungan seksual yang memuaskan. Tehnik pembedahan pada feminizing termasuk clitoroplasty, labial surgery, vaginoplasty and gonadectomy.

Chreiton melakukan studi retrospektif sistematik mengenai hasil operasi dipandang dari segi kosmetik dan anatomis terhadap pasien yang dilakukan operasi genitalia. Secara kosmetik dibagi menjadi 3 kelompok yaitu baik, memuaskan, dan buruk. Kosmetik memuaskan didefinisikan sebagai penampakan organ genitalia yang normal, baik apabila dalam pemeriksaan didapatkan 2 kelainan, dan kategori buruk bila terdapat 3 atau lebih abnormalitas pada saat pemeriksaan.

Kategori lain untuk hasil operasi secara keseluruhan adalah dapat diterima atau tidak. Lobe et al mempelajari mengenai komplikasi operasi interseks dengan membandingkan jumlah operasi pada masing-masing pasien dan periode dilaksanakannya operasi. Mereka menilai dampak dari perbedaan dekade pelaksanaan operasi dan jumlah serta tipe operasi yang dilakukan. Penilaian ini berbeda dengan studi lainnya dalam parameter klasifikasi dan pembandingan hasil operasi. Namun demikian hasil penelitian ini juga penting dalam menilai hasil dan kesejahteraan pasien interseks.

clip_image002

Tehnik pembedahan dalam pasien interseks masih menuai banyak kontroversi. Kontroversi yang sedang marak saat ini adalah penentuan waktu yang tepat dilakukan pembedahan. Kebanyakan keputusan operasi dilakukan saat pasien masih anak-anak, dimana usia tersebut tergolong terlalu dini untuk menentukan suatu organ seksual tersebut normal atau tidak dan arah perkembangan gender belum jelas. Usia yang disarankan untuk melakukan pembedahan adalah lebih dari 1 tahun. Namun pendekatan operasi di usia yang sedini mungkin ini mendapat tantangan dari kelompok pendukung interseks yang menyatakan bahwa operasi hendaknya dilakukan sampai dengan seorang anak cukup dewasa untuk membuat keputusan yang tepat mengenai gender sesuai dengan keinginannya. Argumen utama yang dikemukakan adalah ketidakpuasan terhadap hasil operasi dan dan anatomi yang terjadi pada beberapa pasien interseks pada saat mereka dewasa akibat tindakan operasi yang terlalu dini. Argumen tersebut mengutamakan keputusan pemilihan gender sesuai dengan perkembangan psikologi sebagai konsekuensi dari interseks dan kesesuaian dengan manajemen yang ditentukan oleh ahli medis.

Usia saat operasi dilakukan berpengaruh pada hasil anatomi dan kosmetik dari operasi genitalia. Beberapa laporan menyebutkan bahwa sebagian besar operasi yang dilakukan pada saat dini menghasilkan kosmetik yang kurang baik. Studi retrospektif oleh Crieghton menyebutkan bahwa 66% pasien harus mengalami operasi genitalia eksterna lebih dari 1 kali karena hasil yang kurang baik pada operasi sebelumnya.

Namun pada penelitian yang lain menyebutkan bahwa keuntungan lebih banyak diperoleh bila operasi dilakukan pada saat sedini mungkin. Pada studi jangka panjang mengenai hasil klitoroplasti, sebagian besar pasien mendapatkan hasil anatomi klitoris lebih memuaskan pada reseksi klitoris dini, termasuk juga kepuasan secara psikologis. Penelitian membuktikan bahwa operasi genitalia pada dekade terakhir dengan pengetahuan mengenai kelainan interseks secara lebih baik, penegakan diagnosis seawal mungkin serta operasi yang dilakukan segera menghasilkan komplikasi yang lebih sedikit. Penelitian Lobe menyebutkan bahwa 45% pasien mengalami komplikasi operasi yang dilakukan operasi genitalia sebelum tahun 1975 sedangkan setelah tahun 1975 menurun sampai dengan 20%.

Berapakali seorang pasien mengalami tindakan operasi juga mempengaruhi luaran jangka panjang dari pasien interseks. Penelitian menyebutkan bahwa pasien yang mengalami operasi satu kali menunjukkan hasil yang lebih baik. Aziz et al., menyebutkan bahwa 76% pasien yang mengalami satu kali tindakan memberikan hasil yang memuaskan sedangan hanya 48% pasien yang mendapatkan tindakan 2 kali atau lebih yang memberikan luaran yang baik. Keberhasilan secara fungsional pada penelitian ini juga berdasarkan trauma psikologis yang ringan dan tekanan yang dialami antara pasien yang mengalami satu kali tindakan dibandingkan dengan 2 atau lebih. Dipandang dari sisi kosmetik maka kerugian bila luka operasi sebelumnya terkena operasi berikutnya. Lebih lanjut, tindakan operasi genitalia ini sebaiknya dilakukan oleh tim multidisiplin dimana didalamnya tergabung spesalis bedah anak, bedah urologi, spesialis anak, endokrin, genetik, psikiatri, pekerja sosial sampai dengan ginekologis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar