Laman

Minggu, April 24, 2011

Kondiloma Akuminata

Condyloma acuminatum merupakan vegetasi oleh kuman human papiloma virus. Lebih dari 75 jenis HPV double-stranded papovavirus telah terisolasi sampai saat ini. Kebanyakan kuman tersebut memiliki potensi neoplastik. Hampir 90% condyloma acuminata dihubungkan dengan HPV type 6 dan 11. Kedua jenis ini adalah paling mungkin untuk mempunyai potensi neoplastik. Resiko moderate risk neoplastik adalah type:33, 35, 39, 40, 43, 45, 51-56, 58 dan yang high risk:16, 18 .


Sementara secara klinis gambaran dari beberapa type hampir bersamaan. Sebagai contoh, diagnosa banding suatu condyloma acuminata, adalah: bowenoid papulosis, seborrheic keratoses, dan Tumor Buschke-Löwenstein. Bowenoid papulosis terdiri dari papular keras dihubungkan dengan HPV dan dianggap sebagai suatu carcinoma di tempat asal. Papil dapat merah, warna coklat, atau berwarna seperti daging. Gambaran dapat ke dalam atau menonjol.

ETIOLOGI
Virus penyebabnya adalah Virus Papilloma Humanus ( HPV ). HPV ialah virus DNA yang tergolong dalam keluarga virus Papova. Virus yang pernah ditemui pada condyloma accuminata adalah type: 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41, 42, 44, 51, 52 dan 56. Beberapa tipe VPH tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi yaitu type: 16 dan 18. Tipe ini merupakan jenis virus yang paling sering dijumpai pada kanker serviks. Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada condyloma accuminata dan neoplasma intraepitelial serviks derajat ringan.

PATOFISIOLOGI
HPV menyebabkan abrasi mikromukosa. Pada tahap awal virus tersembunyi dan tidak menunjukkan tanda dan gejala keadaan ini dapat berlangsung dari satu bulan sampai beberapa tahun. Daerah yang paling sering terkena adalah penis, vulva, vagina, leher rahim, dan daerah perianal. bagian lain yang juga dapat terserang adalah oropharynx, pangkal tenggorokan dan batang tenggorok. HPV-6 juga dapat menyerang ekstremitas.

penularan dapat melalui seksual. terjadinya Infeksi secara kontak langsung atau secara tidak langsung oleh janin jarang terjadi. Akan tetapi saluran vagina yang terkena infeksi dapat menularkan penyakit tersebut selama persalinan.

INSIDENSI
Di Amerika Serikat insidens condyloma acuminata adalah 1%. Umumnya terjadi paling tinggi pada dewasa muda. Pada pasien dengan defisiensi imunologis, infeksi HPV akan lebih berat, dimana tingkat kekambuhan, bentuk dan risiko menjadi kanker menjadi tinggi. Sekitar hampir 75% infeksi HPV terjadi pada wanita. Usia  antara 17 – 33 tahun dan puncaknya pada usia 20 – 24 tahun.

GAMBARAN KLINIS
Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di daerah genitalia eksterna. Pada pria tempat predileksinya di perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, gland penis, muara uretra eksterna, korpus dan pangkal penis. Pada wanita di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang pada porsio uteri. Pada wanita akan banyak mengeluarkan flour albus dan pada wanita hamil maka pertumbuhannya akan semakin cepat.


Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan kalau masih baru, jika telah lama akan berwarna kehitaman. Permukaannya berjonjot (papillomatosa) sehingga pada vegetasi yang besar dapat dilakukan sondase. Jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak enak. Vegetasi yang besar disebut sebagai Giant Condyloma (Buschke) yang pernah dilaporkan menimbulkan degenerasi malignan, sehingga harus dilakukan biopsi.

Dari anamnesis, faktor merokok, kontrasepsi oral, berganti-ganti pasangan dan terlalu awal melakukan hubungan seks, merupakan resiko mendapatkan condyloma acuminata. Dua pertiga penderita yang pernah berhubungan dengan penderita condyloma acuminata akan terkena dalam waktu tiga bulan. Keluhan umumnya dengan bengkak tanpa rasa sakit atau gatal, mengenai lebih dari satu tempat saja atau tampak luka.


Bila mengenai pangkal tenggorokan atau mukosa trakhea biasanya oleh kontak seksual secara oral. Dan bila hubungan seks melalui anus baik pria dengan wanita atau sesama pria akan dijumpai juga luka di daerah anus. Yang jarang terjadi adalah bila dijumpai di ujung uretra akan sedikit menghalangi keluarnya air seni. Dari anamnesa juga dapat diketahui apakah kejadian adanya perdarahan saat hubungan seks terjadinya sebelum mengidap penyakit condyloma acuminata atau sesudahnya. Pada wanita hamil dengan penurunan daya tahan tubuh akan terjadi perdarahan pervaginam.

GAMBARAN FISIK
Dapat tunggal atau multipel dengan berbagai papil-papil, nampak seperti mutiara, seperti kawat, bunga kol, seperti jamur atau seperti tanda seru.
Kadang bisa sangat lembut terutama bila di batang penis, verrucosa atau lobulated. Warna bisa hampir sama dengan kulit, kemerahan atau erytema atau hiperpigmentasi. Bila bentuk tidak beraturan hati-hati mendiagnosa banding dengan melanoma.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Seperti halnya skrining untuk penyakit menular seksual yakni: HIV, kencing nanah, Chlamidia dan sifilis. 
Test yang lain sebagai skrining adalah :
  • Paps Smear: digunakan untuk melihat adanya sel yang papilomatosis, acantosis, abnormal koilocytik atau inti sel yang tidak normal.
  • Filter Hybridization (Southern blot dan slot blot hybridization), in situ hybridization dan Polymerase chain reaction ( PCR ), test ini dapat digunakan untuk diagnosis dan menilai tipe HPV
  • Hybrid Capture
  • Acetowhitening: luka yang disangkakan pada penis dibungkus dengan kasa yang direndam dengan Asam cuka 5 % selama 5 menit
  • Dengan menggunakan kolposkopi pembesaran 10 X , kutil akan tampak berwarna putih, suatu penampilan putih berkilau merupakan fokus epitel yang hiperplasia
  • Kolposkopi juga berguna mengidentifikasi luka pada cervix uterus terutama bila menggunakan asam cuka.
  • Biopsi: dilakukan pada luka yang tampaknya tidak lazim atau berulang atau pada penderita dengan risiko menderita neoplasma atau penurunan daya tahan tubuh.
  • Anoskopi
  • Antroscopi

PENANGANAN
Yang sering membuat hati penderita tidak tenang adalah bila sudah terjadi perdarahan masif dari luka. Sehingga diperlukan suatu langkah dalam mengantisipasinya.
Tenangkan penderita dengan terlebih dahulu proteksi diri dan menekan sumber perdarahan. Bila tidak berhasil cryotherapi merupakan pilihan, dimana dengan menggunakan applikator cotton tipped selama 10-15 detik dan mengulanginya bila perlu. Angkat kulit dan dasar jaringan normal sebelum membeku.
Cryotherapi ini adalah pilihan pertama yang sempurna terutama untuk perdarahan pada daerah perianal. Efek sampingnya saat perawatan adalah sedikit erosi, ulkus dan hipopigmentasi pada kulit. Pada ibu hamil akan aman digunakan.
  • Elektrokauterisasi: ( Bedah listrik )
  • Kuretase
  • Pembedahan dengan Eksisi: merupakan tindakan yang dianggap paling sukses dengan angka kekambuhan yang kecil, keberhasilan 63 – 91%
  • Laser Karbondioksida; Luka lebih cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut, bila dibandingkan elektrokauterisasi
  • Bedah Beku (N2 ,N20 cair)
  • Bedah scalpel
  • OBAT-OBATAN:
Podofilin: yang digunakan ialah tingtur podofilin 25 %. Kulit disekitarnya dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi, setelah 4 – 6 jam dicuci. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari. Setiap kali pemberian jangan melebihi 0,3 cc karena akan di serap dan bersifat toksik. Gejala toksisitas adalah mual, muntah, nyeri abdomen, gangguan pernafasan dan keringat yang disertai kulit yang dingin. Dapat juga terjadi supressi sumsum tulang yang disertai trombositopenia dan leukopenia. Pada wanita hamil sebaiknya jangan diberikan karena dapat menyebabkan kematian fetus. Cara pengobatan Podofilin ini sering dipakai. Hasilnya baik pada lesi yang baru, tetapi kurang memuaskan pada lesi yang lama atau yang berbentuk pipih.

Asam triklorasetat: Digunakan larutan dengan konsentrasi 50 %, dioleskan setiap minggu. Pemberiannya harus hati-hati karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam. Dapat diberikan pada wanita hamil.

5-Fluorourasil: Konsentrasinya antara 1 – 5 % dalam krim, dipakai terutama pada lesi di meatus uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang. Sebaiknya penderita tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan.

Interferon: Dapat diberikan dalam bentuk suntikan (i.m atau intra lesi) dan topikal atau krim. Interferon alfa diberikan dengan dosis 4 – 6 mU, im: 3 kali seminggu selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU i.m selama 6 minggu. Interferon beta diberikan dengan dosis 2 X 106 unit i.m selama 10 hari berturut turut.

Immunoterapi: Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan dapat diberikan pengobatan bersama dengan imunostimulator.


PROGNOSIS

  • Banyak pasien yang gagal atau bereaksi yang baik pada perawatan
  • Kekambuhan hampir 50 % pada wanita bila mengenai cervix uterus didapati setelah 1 tahun pengobatan
  • Walaupun sering mengalami residif, prognosis baik. Faktor-faktor predisposisi dicari, misalnya higiene, adanya flour albus atau kelembaban pada pria akibat tidak disirkumsisi.


Kepustakaan :
1. Creasman C, Haas PA, Fox TA Jr, Balazs M. Malignant transformation of anorectal giant condyloma acuminatum (Buschke-Löwenstein tumor). Dis Colon Rectum 1989; 32(6): 481-487
2. Rhea W, Bourgeois B, Sewell D. Condyloma acuminata: a fatal disease? Am Surg 1998; 64(11): 1082-1087
3.Condyloma acuminata ; www.rrpf.org PO BOX 6643,Lawrence ville,NJ 08648
4.Ronny P Handoko : Viral disease,medical faculty ,Indonesian University 1999 ;110 - 111


Related Articles:
Manajemen discharge vagina
Mioma Uteri
Keluarga Berencana
Toksoplasma
Endometriosis


1 komentar: