Laman

Sabtu, Mei 21, 2011

Terapi Tuberculosis pada Kehamilan


Tuberculosis (TB) merupakan suatu penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan karena adanya infeksi pulmonary oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini sangat mudah berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain melalui udara (batuk atau bersin). Oleh karena itu, TB dikategorikan sebagai penyakit menular. TB dapat menyebabkan kerusakan yang progresif pada jaringan paru-paru atau bahkan kematian, terutama jika penyakit ini tidak diobati (Dipiro, et al., 2005).
TB merupakan penyakit yang prevalensinya cukup tinggi di dunia, terutama di negara berkembang. Di Indonesia, TB menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup penting. Jumlah penduduk Indonesia yang terkena TB menduduki peringkat ke-3 di dunia setelah India dan Cina. Dengan demikian sangatlah penting bagi masyarakat untuk memperluas pengetahuannya mengenai TB dan cara penanggulangannya.

Gejala-gejala yang perlu diwaspasai terkait dengan TB adalah: penurunan berat badan, fatique, batuk produktif, demam, dan night sweats. Gejala ini dapat muncul secara bertahap. Peningkatan keparahan dari TB sangat bergantung pada: jumlah bakteri yang menginfeksi, kemampuan bakteri dalam menginfeksi, serta sistem imun tubuh pasien (Dipiro, et al., 2005).

SASARAN dan TUJUAN TERAPI
Sasaran dari terapi TB adalah Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan tujuan dari terapi TB adalah membunuh Mycobacterium tuberculosis dan mencegah penyebaran Mycobacterium tuberculosis.

STRATEGI TERAPI
Non Farmakologis. Terapi non farmakologis untuk TB bertujuan untuk 1). Mencegah penyebaran TB, 2). Melakukan investigasi pada daerah endemik TB, dan 3). Meningkatkan kondisi pasien menjadi well-being (lebih sehat). Tujuan 1 dan 2 dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, sedangkan tujuan no 3 dapat dicapai dengan terapi nutrisi dan peningkatan sistem imun pasien. Di Rumah Sakit, ruangan rehabilitasi untuk pasien TB harus terpisah, untuk menghindari terjadinya penyebaran Mycobacterium tuberculosis. Selain itu, udara yang berasal dari ruang rehabilitasi tersebut, harus disinari dengan sinar UV terlebih dahulu sebelum dibuang. Penyinaran ini bertujuan untuk membunuh Mycobacterium tuberculosis yang ada. Apabila terjadi kerusakan jaringan akibat TB, maka dapat dilakukan operasi pada jaringan yang telah mengalami kerusakan (Dipiro, et al., 2005).

Farmakologis. Terapi Farmakologis untuk TB adalah dengan penggunaan antibiotika, kortikosteroid, dan Bacille Calmette Guerin Vaccine (BCG Vaksin). Dari ketiga macam obat tersebut, yang paling banyak dan efektif digunakan adalah antibiotika. First line drugs utnuk TB adalah Isoniazid, Ethambutol, Rifampisin dan Pirazinamid. Sedangkan second line drugs- nya adalah Steptomycin, Para Aminosalicylic Acid, Fluoroquinolone, Amoxicillin, Ethionamide, Cycloserin, dan antibiotika golongan makrolida (Dipiro, et al., 2005).

OBAT PILIHAN
TB pada ibu hamil harus diobati, karena jika tidak diobati dapat menyebabkan kecacatan, aborsi dan kematian. Pemilihan obat TB pada ibu hamil harus rasional dan memperhatikan potensial resiko yang dapat terjadi pada ibu dan janin yang dikandung. Oleh karena itu, dalam memilih obat untuk ibu hamil, harus diperhatikan indeks keamanan oabt tersebut pada ibu hamil. Berikut adalah indeks keamanan obat untuk ibu hamil menurut Anonim (2007a):

Kategori dan Keterangannya  
A    Studi terkontrol pada wanita hamil tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin pada kehamilan trimester 1 (dan juga tidak ada resiko pada trimester selanjutnya), dan sangat kecil kemungkinan untuk membahayakan janin.

B    Studi terhadap sistem reproduksi hewan percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin pada kehamilan trimester 1 (dan juga tidak ada resiko pada trimester selanjutnya), akan tetapi belum dilakukan studi terkontrol pada wanita hamil.
C    Studi terhadap hewan percobaan yang telah memperlihatkan adanya efek samping pada janin, tetapi belum dilakukan studi terkontrol pada wanita hamil. Obat ini hanya dapat diberikan jika manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko yang mungkin terjadi pada janin.

D    Terdapat bukti positif mengenai adanya resiko terhadap janin manusia, tetapi manfaat obat ini pada ibu hamil mungkin lebih besar daripada resiko yang ditimbulkan (misalnya, obat ini diperlukan untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa, dimana obat yang lebih aman tidak tersedia atau tidak efektif).

X    Studi terhadap hewan percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya abnormalitas pada janin atau terdapat bukti resiko pada janin (resiko penggunaan lebih besar daripada manfaat). Obat dalam kategori ini dikontraindikasikan pada wanita hamil.

Obat TB yang relatif aman digunakan pada ibu hamil adalah Ethambutol, Isoniazid, dan Rifampisin, yang digunakan selama 9 bulan (Dipiro, et al., 2005).

Ethambutol (nama generik).
Nama dagang di Indonesia
Cetabutol® (Soho), Ethaxol® (Heroic), Pulna® (Landson), Arsitam® (Meprofarm), Decabutol® (Harsen), Ethinh® (Zenith), Etibi® (Rocella) (Anonim, 2007b).

Indikasi
Antituberkulosis dan infeksi Mycobacterium lain (Lacy, et al., 2006).

Kontraindikasi
Hipersensitivitas Ethambutol dan bahan tambahannya, optic neuritis, penggunaan pada anak-anak, pasien tidak sadar, pasien dengan gangguan penglihatan (Lacy, et al., 2006).

Bentuk sediaan, dosis, aturan pakai
Bentuk sediaan berupa tablet 250 dan 500 mg (Anonim, 2007b).
Dosis Ethambutol untuk dewasa (Lacy, et al., 2006) :
§    Terapi harian : 14-25 mg/kg BB.
40-45 kg = 800mg, 56-75 kg = 1200mg, 76-90 kg = 1600mg (maksimum dosis yang dianjurkan).
§    Dua kali/minggu Directly Observed Therapy (DOT) : 50 mg/kg BB.
40-45 kg = 2000mg, 56-75 kg = 2800mg, 76-90 kg = 4000mg (maksimum dosis yang dianjurkan).
§    Tiga kali/minggu DOT : 25-30 mg/kg BB (maksimum 2,5 g).
40-45 kg = 1200mg, 56-75 kg = 2000mg, 76-90 kg = 2400mg (maksimum dosis yang dianjurkan).

Efek samping
Myocarditis, pericarditis, sakit kepala, malaise, tidak sadar, demam, halusinasi, mata berkunang-kunang, dermatiitis, kulit kemerahan, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan, optic neuritis, gangguan penglihatan, nephritis, hepatotiksik,  gejala hipersensitif (Lacy, et al., 2006).

Resiko khusus
Ethambutol relatif aman digunakan pada ibu hamil. Obat ini memiliki indeks keamanan kehamilan yang termasuk dalam kategori B (Anonim, 2007a). Untuk pasien dengan gangguan ginjal perlu dilakukan penyesuaian dosis. Selain itu, obat ini juga dapat menyebabkan hepatotoksik, sehingga perlu dilakukan monitoring untuk pasien dengan gangguan hepar (Lacy, et al., 2006).

Isoniazid (nama generik)
Nama dagang di Indonesia
Sediaan Isoniazid yang diperdagangkan, sebagian besar berisi Isoniazid dan Vit B6. Beberapa nama dagang sediaan tersebut di Indonesia adalah: INH CIBA® (Sandoz), Inoxin® (Dexa Medica), Niacifort-6® (Ikapharmindo), Nufadoxin Forte® (Nufarindo), Pulmolin® (Pharos) (Anonim, 2007a).

Indikasi
Antituberkulosis, baik karena latent tuberculosis infection maupun active TB infection (Lacy, et al., 2006).

Kontraindikasi
Hipersensitivitas Isoniazid dan bahan tambahannya, penyakit liver akut, riwayat kerusakan hepar karena penggunana Isoniazid (Lacy, et al., 2006).

Bentuk sediaan, dosis, aturan pakai
Bentuk sediaan berupa tablet yang mengandung 400 mg Isoniazid dan 10 mg Vitamin B6 (Anonim, 2007a).
Dosis Isoniazid untuk dewasa adalah (Lacy, et al., 2006):
§    Untuk pengobatan latent tuberculosis infection (LTBI): 300 mg/hari atau 900 mg dua kali/minggu selama 6-9 bulan (untuk pasien yang tidak terinfeksi HIV), dan 9 bulan (untuk pasien yang terinveksi HIV). Pengobatan dapat dilanjutkan hingga 12 bulan jika terjadi ketidakteraturan dalam terapi.
§    Untuk pengobatan active TB infection:
Terapi harian : 5 mg/kg BB/hari (biasanya 300 mg/hari), 10 mg/kgBB/hari 1-2 kali sehari dalam dosis terbagi.
Dua kali/minggu DOT: 15 mg/kg BB (maksimum 900 mg).
Tiga kali/minggu : 15 mg/kg BB (maksimum 900 mg).

Efek samping
Hipertensi, palpitasi, takikardi, demam, mata berkunang-kunang, depresi, kejang, kulit kemerahan, lethargi, kulit terasa terbakar, gangguan liver, gangguan hepar, anoreksia, mual, muntah, gangguan penglihatan, gejala hipersensitif (Lacy, et al., 2006).

Resiko khusus
Isoniazid relatif aman digunakan pada ibu hamil. Obat ini memiliki indeks keamanan kehamilan yang termasuk dalam kategori C (Anonim, 2007a). Untuk pasien dengan gangguan ginjal dan liver akut perlu dilakukan penyesuaian dosis. Selain itu, obat ini juga dapat menyebabkan hepatotoksik, sehingga perlu dilakukan monitoring untuk pasien dengan gangguan hepar (Lacy, et al., 2006).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007a, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 6, 131-140, 225-228, Info Master, Jakarta.

Anonim 2007b, Informasi Spesialite Ibat Indonesia, Vol 42, 329-334, Ikrar Mandiri Abadi, Jakarta.

DiPiro, T.J., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Pasey, L.M., 2005, Pharmacoterapy : A Phathophysiologocal Approach, 6th Ed., 2059-2076 Mc Graw-Hill Inc, USA.

Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance, L.L., 2006, Drug Information Handbook, 14th Ed., 593-595, 868-870, Lexicomp, Inc., USA.

1 komentar:

  1. bagaimana dengan efek samping dari rifampicin 450 mg nya, yg merupakan antibiotiknya, mohon penjelasannya!! terimakasih

    BalasHapus