Laman

Selasa, Agustus 10, 2010

Puasa Melepas Kebiasaan Merokok


Pada tahun 1604, Raja James I menulis tentang pemeriksaan atas mayat-mayat para perokok berat. Dia menemukan bahwa pada tubuh bagian dalam mayat-mayat itu tercemar dan terinfeksi oleh semacam bubuk hitam dan berminyak. Kenyataan ini paling tidak membuktikan bahwa rokok itu berbahaya.


Satu isapan sebatang rokok saja mengandung puluhan ribu zat polutan. Jika asap ini dingin, beberapa diantaranya berubah menjadi cairan yang dapat menghasilkan tar tembakau. Tar yang berwujud massa berwarna coklat tersebut dapat menempel pada paru-paru, kuku, dan gigi perokok. Oleh karena itu, para perokok berat pada umumnya memiliki kuku dan gigi kuning kecoklatan.

Seorang yang menghabiskan sepuluh batang rokok sehari, dalam setahun paling tidak telah menghirup 30.000 kali asap rokok. Padahal, dalam sekali hisap terhirup sekitar 4.000 macam zat polutan. Zat polutan yang dikandung asap tembakau antara lain nikotin, karbon monoksida (zat beracun yang keluar dari knalpot), aseton (penghapus cat), metanol (bahan bakar roket), naftalen (kapur barus), kadmium (dipakai pada accu mobil), vinil klorida (bahan plastik PVC), DDT (racun serangga), arsen (racun semut putih), toluen (pelarut industri), amonia (pembersih lantai), butana (bahan bakat korek api), dan hidrogen sianida (racun yang digunakan untuk pelaksanaan hukuman mati). Bila terbawa oleh aliran tubuh, zat-zat tersebut dapat mempengaruhi berbagai organ tubuh.

Nikotin, racun paling berbahaya yang dikandung oleh rokok, memang dapat menenangkan pikiran. Inilah sesungguhnya yang dicari-cari oleh perokok sebagaimana halnya obat-obatan yang memiliki fungsi adiktif yang memberi efek kecandauan kepada para pemakainya. Setelah menghisap asap rokok, sekitar 7,5 detik kemudian nikotin telah tiba di otak dan kemudian merangsang hormon yang dapat menimbulkan perasaan tenang.

Gerbang pertama yang menjadi sasaran asap rokok adalah paru-paru, salah satu organ di dada yang memiliki susunan rumit. Paru-paru terdiri atas lima jenis sel yang semuanya sangat peka terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh asap rokok. Selain ke paru-paru, racun-racun rokok juga menyebar ke setiap sel dalam tubuh. Dengan demikian, kerusakan yang timbul dimuali dari tingkat sel sampai ke berbagai organ serta sistem organ dalam tubuh.

Merokok mengakibatkan kesehatan paru-paru terancam. Hemoglobin lebih mudah membawa karbon dioksida daripada membawa oksigen ke paru-paru. Dengan demikian otot tidak memperoleh oksigen yang cukup. Sedangkan nikotin yang terbawa dalam aliran darah dapat mempengaruhi denyut jantung, kulit, penyempitan pembuluh darah, dan menyebabkan hati melepaskan gula ke dalam aliran darah.

Sekian banyak penyakit yang ditimbulkan oleh kebiasaan buruk merokok antara lain jantung koroner, kanker paru-paru, kanker mulut/tenggorokan/kerongkongan, bronkhitis, penyakit pembuluh darah otak, ulkus peptikum, gangguan janin dalam kandungan, dan emfisema (penyakit paru-paru yang juga diderita oleh penderita bronkhitis). Pada penderita emfisema, 80% energi yang dimiliki hanya digunakan untuk bernapas.

Para ahli dari WHO menyatakan bahwa di suatu negara dengan kebiasaan merokok yang telah meluas akan menyebabkan terjadinya 80-90% kematian akibat penyakit paru-paru, 75% kematian akibat bronkhitis, 40% kematian karena kanker kandung kencing, dan 25% kematian akibat penyakit jantung iskemik. Tradisi merokok menyebabkan kematian mendadak akibat serangan jantung antara 2-4 kali.

Dampak rokok terhadap kesehatan tubuh tidak hanya dirasakan oleh para perokok aktif, tetapi juga dirasakan oleh para perokok pasif, yaitu mereka yang tidak merokok tetapi ikut menghisap asap rokok. Dalam jangka waktu yang panjang, limpahan asap rokok ini juga dapat berisiko sama dengan yang diderita oleh para perokok aktif.

Pada umumnya orang mengetahui bahwa kebiasaan merokok yang dilakukan dapat merusak kesehatan. Namun bagi orang yang sudah kecanduan, menghentikan semuanya itu tidaklah mudah. Lebih-lebih bila kebiasaan buruk ini sudah dimulai sejak usia kanak-kanak, ditambah lagi dengan pengaruh lingkungan yang kerap memberikan dukungan kepadanya.

Ibadan puasa melatih untuk melepaskan diri dari cengkraman kebiasaan merokok. Puasa mendidik agar tidak terikat oleh tradisi dan rutinitas tertentu, apalagi tradisi dan rutinitas itu buruk. Aktivitas puasa akan mengatasi kebiasaan merokok secara berangsur-angsur, selama disertai dengan niat yang kuat untuk mengendalikan diri dan berhenti karena inti puasa adalah pengendalian diri. Selama menjalani puasa, orang berlatih lepas dari kebiasaan merokok dan ternyata bisa karena ada kemauan. Pada saat puasa, mengkonsumsi makanan yang sehari-hari dihalalkan saja harus dikendalikan, maka lebih-lebih mengkonsumsi makanan yang diharamkan dan dimakruhkan. Intinya adalah kemauan untuk memutuskan kebiasaan. Bila tidak ada kemauan, maka sampai kapan pun kebiasaan buruk akan terus berjalan, lebih-lebih yang telah dimulai sejak usia dini.

riset para ahli membuktikan setelah menjalani puasa, darah para pecandu rokok bersih dari racun nikotin. Jika nikotin telah bersih dari tubuh para perokok, kecanduan akan berkurang dan secara berangsur-angsur akan lenyap. Efek mulut asam pada pecandu rokok yang berusaha menghentikan kebiasaannya bersifat sementara dan dapat diatasai dengan mengonsumsi buah-buahan atau permen sebagai pengganti rokok.

Mekanisme puasa terhadap efek kecanduan rokok adalah jantung dapat bekerja sebagaimana mestinya, peredaran darah kembali normal sehingga tampak lebih sehat, dan kepekaan indera perasa dan penciuman meningkat sehingga dapat lebih menikmati kelezatan makanan yang disantap.

Jika kecanduan terhadap rokok dapat dihentikan dengan menjalani puasa, tidak mustahil kecanduan serupa seperti kecanduan alkohol, narkotika, ekstasi, dan obat-obatan terlarang lainnya dapat pula diatasi dengan puasa. Kuncinya sekali lagi ada pada niat yang ikhlas dan kemauan yang kuat untuk mengendalikan diri. []

Mari kumpulkan niat. lawan keinginan merokok. anggap rokok adalah racun yang harus dihindari bagi kita dan keluarga. bayangkan jika kita sakit karena rokok. lalu bagaimana anak-anak kita. siapa yg akan merawat.
Sumber:
Syarifuddin, Ahmad. 2003. Puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis. Gema Insani Press. Jakarta. Hal 159-163

Tidak ada komentar:

Posting Komentar