Laman

Kamis, Agustus 12, 2010

Kampanye Anti Rokok


Melarang merokok memang dilematis di negara berkembang ini, karena ini sudah mencakup bermacam kepentingan. Kepentingan pemerintah atas cukai, petani tembakau, pekerja pabrik rokok, salesman rokok, agen pembuat iklan rokok, sepak bola, TV, dan tentu saja perokok. Melarang apalagi membuat fatwa haram bukanlah solusi. Ini tak bisa dihentikan hanya dalam hitungan hari. Menghentikan tak mungkin, mengurangi mungkin. Kampanye persuasif dan terus-menerus yang bisa dilakukan.



Pendapatan pemerintah dari cukai rokok memang banyak, tapi subsidi pemerintah untuk penyakit akibat rokok juga besar.

Mitos yang mengatakan merokok itu jantan adalah mitos ciptaan iklan. Perokok dikesankan seolah-olah maco, gagah, pemberani, dan kuat. Ini terbukti terbalik dengan kenyataan. Perokok itu merusak kesehatan. Kalau mereka yang merokok merasa sehat dan kuat, apalagi kalau tidak merokok.

Merokok jantan? dari mana rumusnya. Merokok menghisap karbon mono-oksida dan ribuan zat beracun lainnya. Ini menyebabkan suplai oksigen kurang, juga resiko kanker karena zat karsinogenik akibat kekurangan O2. Karena CO itu mengambil tempat lebih banyak daripada O2 dalam darah, maka suplai O2 kurang, apa bisa kemudian mendorong menjadi jantan?

kalau tak bisa, untuk Perokok: Merokok silakan, tapi jangan paksa orang lain menghirup asapnya juga, tapi itu namanya egois dan uncivilized.

Demokrasi bukanlah kebebasam tanpa batas, kepentingan orang lainlah yang membatasinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar