Jumat, November 11, 2011

Peningkatan Tekanan Darah pada Kehamilan

Hipertensi dalam kehamilan dijumpai pada lebih dari 8% kehamilan dan masih merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas maternal dan neonatal, baik di negara yang sudah maju maupun yang sedang berkembang (Robert et al., 2003; Banerjee, 2004). Preeklamsia adalah gangguan multisistem yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuri, dan disertai dengan disfungsi endotel yang umumnya terjadi setelah kehamilan mencapai 20 minggu, dengan gangguan fungsi pembekuan dan gangguan fungsi hepar. Beberapa morbiditas perinatal yang terjadi pada preeklamsia adalah intrauterine growth retardation (IUGR), prematuritas, dan asfiksia yang utamanya disebabkan karena gangguan sirkulasi uteroplasenta (Cunningham et al. 2010; Meher, 2009).


Berkat kemajuan dalam bidang anestesia, teknik operasi, pemberian cairan infus dan transfusi, dan peranan antibiotik yang semakin meningkat, maka penyebab kematian ibu karena perdarahan dan infeksi dapat diturunkan. Sebaliknya pada penderita preeklampsia, karena ketidaktahuan dan sering terlambat mencari pertolongan setelah gejala klinis berkembang menjadi preeklampsia berat dengan segala komplikasinya, angka kematian ibu belum dapat diturunkan (Roeshadi, 2006). Menurut laporan di beberapa rumah sakit di Indonesia, preeklamsia telah menggeser perdarahan dan infeksi sebagai penyebab utama kematian maternal (Sofoewan, 1998).

Angka kematian ibu masih cukup besar dan relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN. Kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007 adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup, hal ini masih tergolong tinggi bila dibandingkan dengan angka kematian ibu (AKI) di negara tetangga seperti Philipina, Malaysia, dan Singapura, maka Indonesia memang masih cukup jauh tertinggal. 

Pemerintah menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup (Pusat data dan Informasi PERSI, 2010). Angka kejadian preeklamsia di Indonesia pada tahun 1980-2001 berkisar antara 5-8% dari seluruh kehamilan, di RSUP DR Sardjito angka kematian maternal oleh karena preeklamsia-eklamsia adalah sebesar 34,09% (Sofoewan, 1998). Meskipun berbagai macam penelitian telah dilakukan sampai saat ini penyebab dari preeklamsia belum diketahui secara pasti, penyakit ini disebut dengan the disease of theories (Cunningham et al., 2010). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian–penelitian baru untuk mengetahui patogenesis dari preeklamsia. Pada penelitian sebelumnya dibuktikan bahwa plasenta penderita preeklamsia ternyata mengalami iskhemia yang disebabkan karena menurunnya aliran darah ke plasenta yang disebabkan karena adanya perubahan pada arteria spiralis(Matthiesen et al., 2005). Dari beberapa hipotesis yang mendasari patogenesis dari preeklampsia titik temunya adalah pada invasi trofoblas dan terjadinya iskemia plasenta (Roeshadi, 2006). Sedangkan invasi trophoblast dapat dihambat oleh interferon gamma (IFN-γ) dengan meningkatkan apoptosis extra villous trophoblast (EVT) dan menurunkan kadar aktif protease (Lash et al., 2006). Pengaruh interferon gamma (IFN-γ) diantaranya adalah proliferasi dan apoptosis (Banerjee, 2004). IFN-γ secara rutin disekresi oleh sel uNK untuk remodeling arteria spiralis. IFN-ץ signal transduction yang cukup diperlukan untuk pembentukan sel uNK yang normal, pada kehamilan pathologis proses ini tidak berlangsung sempurna remodelling arteria terutama didapatkan pada 20 mg pertama kehamilan (Redline, 2000).


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...